Rabu, 31 Desember 2014

Mari Bermuhasabah

Saatnya Kita Bermuhasabah !
Oleh : Istata Luqman[1] 



Tiada akhir jika tidak dimulai dengan suatu awalan dan disetiap penghujung tahun pasti ada pula awal tahun, masyarakat kini tengah terbawa euforia[2] untuk menyonsong dan menyambut moment tahun baru dengan berbagai macam suasana ‘hura-hura’. Suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat, tapi point pentingnya adalah adakah manfaat dari euforia tersebut ? Mengapa hal demikian disenangi masyarakat ? Hedonism[3] adalah pemikiran yang melatarbelakangi hal tersebut.
Allah peringatkan dalam Qur’an :
 “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)

Lantas apa yang harus dilakukan untuk memperingati akhir tahun ini? Seyogyanya seorang muslim yang baik itu memiliki ‘euforia’ tersendiri dalam memperingati tahun baru. Idealnya di setiap diri orang muslim memliki kesadaran akan pentingnya bermuhasabah[4]. Lebih bagus lagi jika dilakukan setiap saat hingga akhir hayat.

Tidak ada salahnya jika menjelang tutup tahun ini kita kembali melakukan refleksi diri. Tujuan dari bermuhasabah ialah untuk menumbuhkan kesadaran moral terhadap jati diri, dinamika perjalanan hidup dan mengevaluasi kekurangan diri, sehingga kita dapat berkomitmen lagi untuk memperbaiki diri lebih baik dari sebelumnya agar kualitas integritas pribadi kita meningkat.

Muhasabah itu penting agar hidup tidak merugi dan bangkrut, mampu memanfaatkan umur (waktu) sebaik mungkin. Muhasabah merupakan mementum untuk melakukan penyucian diri (tazkiyatun nafsi), memperbaiki i’tikad dan komitmen mental spiritual hubungan dengan Allah SWT (habluminallah)  dan hubungan dengan manusia (habluminannas).

Bermuhasabah secara mendalam membuat kita mengetahui bahwa kehidupan hanyalah sesaat saja. Sering terdengar pepatah jawa yang mengatakan ‘urip iku mung mampir ngombe’ artinya kehidupan itu hanya sebatas untuk sekedar minum, maksutnya adalah ketika kita melakukan perjalanan kemudian kita berhenti sejenak untuk minum kemudian kita melanjutkan perlajanan lagi, itulah dunia yang dimaksut. Dunia diibaratkan waktu ‘istirahat’ dari perjalanan sebenarnya kita. Bagaimana kita mengelola waktu istirahat inilah yang penting agar perjalanan kita lancar dan tidak terhambat. Dua pilihan akan muncul yaitu kita yang memanfaatkan waktu istirahat atau kita yang akan terlena dengan waktu istirahat.

Waktu terus berlalu tanpa disadari setiap saat umur kita berkurang, tahun demi tahun, bulan demi bulan, minggu demi minggu, hari demi hari, hingga setiap detiknya. Kita semua sedang menempuh perjalanan menuju kematian. Kita sudah diperingatkan akan pentingya umur (waktu) oleh Allah dalam firmanNya :
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”(QS.Al‘Ashr 1-3)

Manusia sudah diperingatkan bahwa dirinya sedang dalam keadaan merugi karena melalaikan umur (waktu). Dengan bermuhasabah akan mengingatkan kita akan pentingnya umur.

Umur dalam bahasa arab berarti kemakmuran. Umur merupakan salah satu amanah dan anugrah yang kelak setiap individu akan memberikan laporan pertanggungjawabnya kepada Allah SWT. Untuk lebih jelasnya mari kita simak hadist berikut :
Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416)[5]
    Oleh karena itu, muhasabah sangatlah diperlukan bagi setiap insan yang hidup, agar muhasabah itu efektif maka harus dimodali dengan empat hal, yaitu :
1. Ketulusan dan kejujuran hati untuk mau berintropeksi serta berkomitmen untuk selalu bertaubat kepada Allah SWT.
2. Menjernihkan akal pikiran untuk mau melakukan perubahan menuju perbaikan kualitas hidup, membuat prinsip bahwa hari ini harus lebih baik dari hari sebelumnya dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
3.  Ketanggguhan mental spiritual untuk merencanakan masa depan yang lebih baik, dengan meningkatkan berbagai macam aneka amal baik dan sholih.
4.  Menjadikan takwa sebagai modal utama dalam menatap dan memperbaiki hari esok dengan tujuan meraih ridho Alllah SWT.
Allah berfirman :
Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. al-Hasyr: 59 - 62)    
       
Jadi, momentum muhasabah ini harus dimaknai sebagai sebuah refleksi mental spiritual menuju pendakian dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Mari kita renungkan sejenak apa yang telah kita perbuat di tahun 2014 ini, merenungkan kembali segala capaian yang telah kita dapatkan sampai hari ini lalu kita evaluasi untuk perbaikan di tahun 2015, kita rancang lagi segala cita-cita atau harapan di tahun baru agar memberi nilai tambah (manfaat) bagi diri sendiri dan orang lain. Umar bin Khattab pernah berkata “Hitunglah (amalan) dirimu sebelum amalam kamu dihitung (oleh Allah) dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum kelak benar-benar ditimbang di akhirat”.

“Tidak ada insan suci yang memiliki masa lalu dan tidak ada insan berdosa yang tidak memiliki masa depan”.
~ Istata LA ~
Wallahu’alam bishowab
Tunggu apa lagi ?
MARI BERMUHASABAH ! J
  


________________________________________
[1] Mahasiswa Fakultas Hukum UNDIP angkatan 2013
[2] Euforia adalah perasaan nyaman atau perasaan gembira yg berlebihan.
[3] Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
[4] Muhasabah adalah bertanya kepada diri sendiri dalam rangka instrospeksi, evaluasi dan mengaudit diri sendiri.
[5] Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, jilid 10, hal 8, no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 946