Saatnya
Kita Bermuhasabah !
Oleh : Istata Luqman[1]
Tiada akhir
jika tidak dimulai dengan suatu awalan dan disetiap penghujung tahun pasti ada
pula awal tahun, masyarakat kini tengah terbawa euforia[2] untuk menyonsong dan menyambut moment tahun baru dengan
berbagai macam suasana ‘hura-hura’. Suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan
masyarakat, tapi point pentingnya adalah adakah manfaat dari euforia tersebut ? Mengapa hal demikian
disenangi masyarakat ? Hedonism[3]
adalah pemikiran yang melatarbelakangi hal tersebut.
Allah peringatkan dalam Qur’an :
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)
Lantas apa
yang harus dilakukan untuk memperingati akhir tahun ini? Seyogyanya seorang
muslim yang baik itu memiliki ‘euforia’
tersendiri dalam memperingati tahun baru. Idealnya di setiap diri orang muslim
memliki kesadaran akan pentingnya bermuhasabah[4]. Lebih bagus lagi jika
dilakukan setiap saat hingga akhir hayat.
Tidak ada
salahnya jika menjelang tutup tahun ini kita kembali melakukan refleksi diri.
Tujuan dari bermuhasabah ialah untuk menumbuhkan kesadaran moral terhadap jati
diri, dinamika perjalanan hidup dan mengevaluasi kekurangan diri, sehingga kita
dapat berkomitmen lagi untuk memperbaiki diri lebih baik dari sebelumnya agar
kualitas integritas pribadi kita meningkat.
Muhasabah
itu penting agar hidup tidak merugi dan bangkrut, mampu memanfaatkan umur
(waktu) sebaik mungkin. Muhasabah merupakan mementum untuk melakukan penyucian
diri (tazkiyatun nafsi), memperbaiki
i’tikad dan komitmen mental spiritual hubungan dengan Allah SWT (habluminallah) dan hubungan dengan manusia (habluminannas).
Bermuhasabah
secara mendalam membuat kita mengetahui bahwa kehidupan hanyalah sesaat saja.
Sering terdengar pepatah jawa yang mengatakan ‘urip iku mung mampir ngombe’
artinya kehidupan itu hanya sebatas untuk sekedar minum, maksutnya adalah
ketika kita melakukan perjalanan kemudian kita berhenti sejenak untuk minum
kemudian kita melanjutkan perlajanan lagi, itulah dunia yang dimaksut. Dunia
diibaratkan waktu ‘istirahat’ dari perjalanan sebenarnya kita. Bagaimana kita
mengelola waktu istirahat inilah yang penting agar perjalanan kita lancar dan
tidak terhambat. Dua pilihan akan muncul yaitu kita yang memanfaatkan waktu
istirahat atau kita yang akan terlena dengan waktu istirahat.
Waktu terus
berlalu tanpa disadari setiap saat umur kita berkurang, tahun demi tahun, bulan
demi bulan, minggu demi minggu, hari demi hari, hingga setiap detiknya. Kita
semua sedang menempuh perjalanan menuju kematian. Kita sudah diperingatkan akan
pentingya umur (waktu) oleh Allah dalam firmanNya :
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan
saling menasihati supaya menetapi kesabaran”(QS.Al‘Ashr 1-3)
Manusia
sudah diperingatkan bahwa dirinya sedang dalam keadaan merugi karena melalaikan
umur (waktu). Dengan bermuhasabah akan mengingatkan kita akan pentingnya umur.
Umur dalam
bahasa arab berarti kemakmuran. Umur merupakan salah satu amanah dan anugrah
yang kelak setiap individu akan memberikan laporan pertanggungjawabnya kepada
Allah SWT. Untuk lebih jelasnya mari kita simak hadist berikut :
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di
hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu):
tentang umurnya untuk apa ia habiskan,
tentang masa mudanya untuk apa ia
gunakan, tentang hartanya dari mana
ia dapatkan, dan dalam hal apa
(hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.”
(HR. at-Tirmidzi no. 2416)[5]
Oleh karena itu, muhasabah sangatlah
diperlukan bagi setiap insan yang hidup, agar muhasabah itu efektif maka harus
dimodali dengan empat hal, yaitu :
1. Ketulusan
dan kejujuran hati untuk mau berintropeksi serta berkomitmen untuk selalu
bertaubat kepada Allah SWT.
2. Menjernihkan
akal pikiran untuk mau melakukan perubahan menuju perbaikan kualitas hidup,
membuat prinsip bahwa hari ini harus lebih baik dari hari sebelumnya dan hari
esok harus lebih baik dari hari ini.
3. Ketanggguhan
mental spiritual untuk merencanakan masa depan yang lebih baik, dengan
meningkatkan berbagai macam aneka amal baik dan sholih.
4. Menjadikan
takwa sebagai modal utama dalam menatap dan memperbaiki hari esok dengan tujuan
meraih ridho Alllah SWT.
Allah berfirman :
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang
lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.
Mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. al-Hasyr: 59 - 62)
Jadi,
momentum muhasabah ini harus dimaknai sebagai sebuah refleksi mental spiritual
menuju pendakian dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Mari kita renungkan
sejenak apa yang telah kita perbuat di tahun 2014 ini, merenungkan kembali
segala capaian yang telah kita dapatkan sampai hari ini lalu kita evaluasi
untuk perbaikan di tahun 2015, kita rancang lagi segala cita-cita atau harapan
di tahun baru agar memberi nilai tambah (manfaat) bagi diri sendiri dan orang
lain. Umar bin Khattab pernah berkata “Hitunglah (amalan) dirimu sebelum amalam
kamu dihitung (oleh Allah) dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum kelak
benar-benar ditimbang di akhirat”.
“Tidak ada insan suci yang memiliki masa lalu dan tidak ada insan
berdosa yang tidak memiliki masa depan”.
~ Istata LA ~
Wallahu’alam bishowab
Tunggu apa
lagi ?
MARI
BERMUHASABAH ! J
________________________________________
[1] Mahasiswa Fakultas Hukum UNDIP angkatan
2013
[2] Euforia adalah perasaan nyaman atau
perasaan gembira yg berlebihan.
[3] Hedonisme adalah pandangan hidup yang
menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan
merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
[4] Muhasabah adalah bertanya kepada diri
sendiri dalam rangka instrospeksi, evaluasi dan mengaudit diri sendiri.
[5] Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir,
jilid 10, hal 8, no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani
dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 946
Tidak ada komentar:
Posting Komentar